A.
Mengenal
Peralatan Siaran Langsung
Apa sih peralatan yang biasa dipakai stasiun TV untuk meliput siaran
langsung di luar daerah atau di luar lingkup stasiun TV? Mungkin ada yang
bertanya-tanya demikian, apa hanya bermodal kamera+mic saja? Terus bagaimana
caranya mengirimkan hasil liputan ke stasiun TV untuk ditransmisikan kepada
para pelanggan layanan televisi? Apakah direkam? oh, tentu saja tidak.
Jawabannya dengan menggunakan suatu peralatan yang bernama Satellite News
Gathering atau biasa disebut SNG.
Siaran langsung yang dimaksud contohnya, salah satu stasiun TV ingin
meliput acara rapat penentuan Hilal untuk menentukan kapan puasa hari pertama
dimulai, tentu saja ini harus disiarkan secara langsung, karena bila penentuan
Hilal memutuskan bahwa puasa hari pertama diadakan esok hari, maka malam
harinya kita dapat melaksanakan ibadah salat tarawih pertama di bulan ramadhan.
Maka dari itu penggunaan SNG sangat dibutuhkan.
Ini hanya salah satu contoh penggunaan SNG untuk siaran langsung, siaran
langsung tidak hanya terbatas pada contoh diatas, bisa saja untuk meliput
konser band, pertandingan sepak bola, dan kegiatan lainnya secara Live.
1. Pengertian SNG
Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal
informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem
stasiun bumi uplink yang dapat berpindah-pindah tempat. Dengan kata lain SNG
merupakan piranti untuk transmisi satelit yang portable, yang berarti SNG lebih
praktis untuk dibawa kemana-mana (mudah berpindah tempat / mobile).
Biasanya SNG sudah terintegrasi menjadi satu dengan OB-VAN, namun juga ada
yang terpisah (jenis Fly Away), sehingga membutuhkan proses perakitan secara
manual dan memakan waktu. Di tulisan ini akan dibahas tentang SNG jenis
Flyaway.
Sistem transmisi SNG terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
a.
Sistem uplink
b.
Sistem transponder satelit, dan
c.
Sistem downlink.
Sistem downlink. 
Uplink Downlink
` Outdoor Event MCR
Gambar 4.1 Pola kerja dari
sistem SNG
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sinyal
digital dari stasiun SNG dikirim (Uplink) ke stasiun televisi (Downlink)
melalui transponder. Sinyal dari stasiun uplink SNG, diterima di stasiun
downlink televisi untuk direkam ataupun dapat langsung dipancarkan dengan sistem
distribusi melalui sistem satelit.
Gambar 4.2. konfogurasi SNG
2. Garis besar cara kerja
sistem SNG
Sinyal audio dan video hasil liputan di lapangan masuk ke dalam bagian
Encoder with L-band modulator. Oleh encoder, sinyal analog dari audio dan video
diubah menjadi sinyal digital, dan oleh modulator akan di tumpangkan sinyal
pembawa (carrier) yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari sinyal informasi,
keluaran dari bagian ini adalah sinyal L-band.
Lalu, sinyal L-band akan masuk ke bagian Block Up Converter (BUC)/Solid
State Power Amplifiers (SSPA). Dalam bagian ini sinyal akan dikuatkan
frekuensinya menjadi sinyal C-band, di bagian ini juga berfungsi mengurangi
noise dan memperkuat sinyal yang dipancarkan atau menaikan power untuk sampai
ke satelit.
Keluaran dari bagian Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers
(SSPA) merupakan sinyal informasi yang sudah siap untuk dipancarkan ke
transponder satelit. Untuk “menembakan” sinyal ini adalah fungsi dari bagian
antena. Sampai dibagian ini merupakan Sistem Uplink SNG.
Dalam transponder, sinyal akan diterima, diperkuat frekuensi, dan
dipancarkan ulang sinyal tersebut ke antena SNG dan antena downlink di stasiun
TV. Dalam diagram diatas, sinyal dari transponder akan di pancarkan kembali ke
antena SNG untuk dapat melihat hasil kejadian yang sedang diliput di monitor.
Downlink SNG : Sinyal yang dipancarkan kembali akan diterima oleh antena
dan akan diteruskan ke bagian LNB (Low Noise Block). Sinyal akan diubah kembali
menjadi sinyal L-band, lalu akan diteruskan ke decoder. Oleh decoder sinyal
digital tersebut akan diubah kembali menjadi sinyal analog agar dapat
ditampilkan di layar monitor. Kru peliput siaran akan mengawasi jalannya siaran
langsung dari monitor ini.
Downlink Stasiun TV : Urutan prosesnya sama seperti diatas, kru di stasiun
TV tepatnya di bagian pemancar TV akan mengamati jalannya siaran langsung dari
lapangan lewat monitor yang terdapat disana. Bila hasil siaran kurang bagus,
kru pemancar akan mengkontak kru di lapangan untuk memperbaiki kualitas siaran.
Hasil siaran di lapangan akan disalurkan ke bagian MCR (Master Control
Room),. Dibagian ini hasil siaran akan di lengkapi dengan logo TV, teks
pendukung, dll. Lalu, akan disalurkan kembali ke bagian pemancar. Dibagian ini
hasil siaran akan dipancarkan melalui antena uplink stasiun TV ke pelanggan.
B.
Perbedaan SNG dan OB-Van :
1.
OB-Van itu merupakan “Control Room Studio” yang portable sedangkan SNG
merupakan Perangkat Uplink yang portable.
2.
Didalam OB-van itu biasanya dilengkapi dengan SNG.
3.
Apabila dilokasi live dilapangan semua Output audio, visual, maupun
Lighting bermuara di OB-van. Lalu output dari OB-van ini adalah materi mentah
yang belum siap On Air.
4.
Materi mentah yang dimaksud tersebut adalah belum adanya logo stasiun
televisinya, karena semua pemasangan stasiun logo televisi tersebut tetap
dilakukan di MCR.
5.
SNG memantulkan materi berita/suatu kejadian, kemudian materi tersebut
dipantulkan oleh satelit ke perangkat penerimanya atau yang biasa disebut
dengan Ground Segment yang kemudian akan diproses di Master Control Room (MCR).
6.
SNG bisa digunakan untuk acara live dari luar studio.
Gambar
4.3. Mobile SNG Gambar 4.4.
Mobile OB VAN
C.
Peralatan SNG
1. Genset
a. Berfungsi sebagai
supply tegangan listrik 220V AC.
Gambar 4.5. Ganset
2.
Antenna 1.8 m Flyaway
a. Berfungsi untuk
menerima dan memancarkan sinyal RF ke Satelit.
Gambar 4.6. Flyaway dan piringan
parabola
3.
Box Peralatan Outdoor
a.
Berisi BUC (Block Up Converter) / SSPA (Solid State Power Amplifier).
b.
Merupakan peralatan Outdoor (Dapat diletakkan diluar ruangan).
c.
Berfungsi menguatkan sinyal
Gambar 4.7. Box Peralatan
Outdoor (Penguat Signal)
4.
Box Peralatan Indoor
a.
Encoder berfungsi untuk merubah sinyal audio video menjadi sinyal IF
(L-Band).
b.
Audio & video monitor berfungsi untuk memonitor sinyal audio dan video
c.
Spectrum Monitor berfungsi untuk melihat bentuk sinyal RF dan mengetahui
level sinyal.
d.
Receiver berfungsi untuk merubah sinyal sinyal RF ke audio dan video.
Gambar 4.8. Box peralatan indoor ( Tempat penyimpanan Encoder )
D.
Sistem Pemancar SNG (UPLINK SNG)
Pemancar
sistem SNG merupakan sistem yang memancarkan sinyal gambar dan suara dalam
format digital ke satelit. Dengan menggunakan stasiun uplink yang bersifat
mobile dan berpindah-pindah tempat ke tempat terjadinya suatu liputan acara.
Biasanya
sistem uplink ini menggunakan kendaraan OB-Van atau sistem pengangkut lainnya
untuk membawa perangkat uplink. Di dalam kendaraan OB-Van, terdapat perangkat
SNG yang berupa :
a.
Encoder with L-Band Modulator
b.
Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA)
c.
Gigasat Flyaway Antenna
Perangkat
SNG ini berfungsi untuk mendukung proses informasi yang dikirim dari sumber
informasi ke satelit. Alat-alat ini mempunyai fungsi dan kegunaan
masing-masing. Gambar jalur perangkat SNG dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.9. Jalur
Perangkat SNG
Perlengkapan
alat diatas memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan spesifikasi perangkat SNG di bawah ini beserta dengan
karakteristiknya.
1.
Encoder with L-Band Modulator
a.
Encoder
Perangkat encoder berfungsi untuk mengubah sinyal audio/video analog
menjadi sinyal digital. Sebelum sinyal tersebut masuk ke modulator, terjadi
penurunan laju bit yang disebabkan oleh sistem modulasi yang dipakai pada
perangkat encoder ini. Penurunan laju bit yang dihasilkan encoder memiliki
diagram blok seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.10. Diagram Blok Encoder
Kemampuan
kompresi video encoder merupakan bagian penting dari sistem uplink SNG, karena
hal ini dapat mempengaruhi kenaikan laju bit dengan bandwidth transponder yang
dibutuhkan. Untuk mengatasi kesalahan pada encoding digunakan sistem error
correction dengan Forward Error Corection (FEC) rate ¾.
Untuk
sinyal audio analog diubah menjadi sinyal digital dengan metode PCM, kemudian
hasil dari proses ini di multipleksing dengan sinyal keluaran video encoder. Multiplekser
yang digunakan adalah multiplekser dengan metode Time Division Multiplexing
(TDM). Metode ini memiliki kemampuan untuk menggabungkan beberapa kanal
informasi yang dapat berupa data, audio video, sinyal input digital yang
dihasilkan dari modulasi PCM. Keluaran multiplekser ini kemudian diteruskan ke
modulator digital.
b.
Modulator
Perangkat modulator berfungsi untuk memodulasikan frekuensi sinyal
informasi pada suatu frekuensi pembawa (carrier) yang mempunyai frekuensi lebih
tinggi dari sinyal informasi sesuai dengan media transmisi tempat sinyal akan
dikirim.
Jenis
modulator yang digunakan di TVONE sesuai dengan jenis modulator digital yang
digunakan pada sistem SNG yaitu modulator QPSK. Pada modulator ini terdapat
kemungkinan terjadi 4 fasa keluaran untuk 1 frekuensi pembawa. Karena terdapat
4 jenis kondisi yang berbeda, untuk menghasilkan 4 kondisi masukan yang berbeda
dibutuhkan lebih dari 1 bit masukan.
Dengan
2 bit akan didapat 4 kondisi yang mungkin yaitu 00, 01, 10, 11.
Gambar 4.11. Diagram Blok Modulator QPSK
Untuk
aplikasi SNG, kebutuhan lebar pita merupakan masalah yang penting, karena
bandwidth yang tersedia untuk sinyal SNG cukup sempit, sehingga perlu dilakukan
pemilihan metode yang paling efisien. Modulator yang dipilih haruslah modulator
yang membutuhkan lebar pita yang seminimal mungkin, tetapi masih menghasilkan
BER yang kecil. Kebutuhan lebar pita minimum QPSK adalah R/2 dengan R adalah
laju bit dan 2 adalah koefisien modulasi (m) QPSK.
Berikut
merupakan tampilan alat Encoder with L-band modulator secara keseluruhan :

Gambar
4.12. Alat Encoder L-band Modulator
2.
Block Up Converter
(BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA)
a.
Block Up Converter (BUC)
Block Up Converter berguna untuk merubah frekuensi Intermediate
Frekuensi (IF) melalui proses yang dinamakan mixing. Gelombang IF 70 MHz output
audio/video modulator akan dinaikan frekuensinya oleh up converter menjadi
gelombang mikro C-band untuk selanjutnya diteruskan ke transponder satelit.
b.
Solid State Power Amplifiers (SSPA)
SSPA merupakan jenis dari High Power Amplifier (HPA) yang digunakan
oleh TVONE mempunyai daya maksimal 200 Watt. HPA merupakan penguat yang
sifatnya mengurangi noise dan memperkuat sinyal yang dipancarkan atau menaikan
power untuk sampai ke satelit. HPA berfungsi untuk menguatkan daya sinyal RF
dari up converter sehingga memiliki daya yang cukup untuk dipancarkan kearah
satelit.
Gambar 4.13. BUC/ SSPA
c.
Gigasat Flyaway Antenna
Antena merupaka bagian penting dalam sistem komunikasi satelit yang
berfungsi untuk memancarkan sinyal uplink ke satelit. Pada sistem transmisi SNG
yang menggunakan sistem antena ‘Gigasat FA-180’ Ukuran antenna flyaway ini
biasanya berdiameter 1.8m, 2m atau 2.4m dan pada saat transportasi dapat
dikemas dimasukkan dalam 2-4 buah flying case. dengan konfigurasi Prime Focus.
Dibutuhkan waktu hanya sekitar 10-15 menit untuk dapat melakukan
siaran langsung menggunakan flyaway ini, apalagi bila operatornya sudah
berpengalaman
1). Feedhorn
Gambar 4.15 dan 4.16 Antena Flyaway dan
bagian-bagiannya
a). Feedhorn
FeedHorn berfungsi untuk menangkap dan memancarkan sinyal RF dari dan ke Reflektor.
b). LNB (Low Noise Block)
LNB berfungsi untuk merubah sinyal RF C Band 4 GHz menjadi sinyal RF L Band 1 GHz.
c). Upper & lower Feed Arm
Upper & lower Feed Arm berfungsi sebagai penyangga feedhorn dan sebagai jalur sinyal Transmit maupun Receive.
d). Reflektor
Reflektor berfungsi sebagai pengumpul dan pemantul sinyal dari dan ke satelit.
FeedHorn berfungsi untuk menangkap dan memancarkan sinyal RF dari dan ke Reflektor.
b). LNB (Low Noise Block)
LNB berfungsi untuk merubah sinyal RF C Band 4 GHz menjadi sinyal RF L Band 1 GHz.
c). Upper & lower Feed Arm
Upper & lower Feed Arm berfungsi sebagai penyangga feedhorn dan sebagai jalur sinyal Transmit maupun Receive.
d). Reflektor
Reflektor berfungsi sebagai pengumpul dan pemantul sinyal dari dan ke satelit.
2). Tuas AZ EL POL
Gambar 4.17. Bagian-bagian tuas
AZ EL POL
a). Water Pass berfungsi
untuk mengetahui kerataan dari upper case antenna.
b). Pemutar Elevasi berfungsi untuk merubah posisi antena keatas dan ke bawah.
c). Pengunci Elevasi berfungsi sebagai pengunci tuas elevasi
b). Pemutar Elevasi berfungsi untuk merubah posisi antena keatas dan ke bawah.
c). Pengunci Elevasi berfungsi sebagai pengunci tuas elevasi
d). Pemutar Azimuth berfungsi
untuk merubah posisi antena ke kiri dan ke kanan.
e). Pemutar Polarisasi berfungsi untuk merubah arah FeedHorn ke kiri dan ke kanan.
f). Pengunci Polarisasi berfungsi sebagai pengunci tuas Polarisasi
g). Transmit Port berfungsi sebagai sambungan transmit yang dihubungkan ke SSPA melalui waveguide.
h). Receive Port berfungsi sebagai sambungan Receive yang dihubungkan ke Receiver.
e). Pemutar Polarisasi berfungsi untuk merubah arah FeedHorn ke kiri dan ke kanan.
f). Pengunci Polarisasi berfungsi sebagai pengunci tuas Polarisasi
g). Transmit Port berfungsi sebagai sambungan transmit yang dihubungkan ke SSPA melalui waveguide.
h). Receive Port berfungsi sebagai sambungan Receive yang dihubungkan ke Receiver.
3). Upper and Lower case
antenna
Gambar
4.18. Bagian-bagian Upper Case
a) Reflektor
Support berfungsi sebagai tempat dudukan Reflektor.
b) Upper
Case antena berfungsi sebagai dudukan Reflektor support , tuas Azimuth
c) Elevasi
dan Polarisasi serta tempat waterpass indikator.
d) Lower
Case Antena berfungsi sebagai dudukan Upper Case antena dan kaki antena.
e) Kaki antena berfungsi sebagai penguat posisi
antena dan pengatur kemiringan antena (Upper dan lower Case).
E.
Sistem
Transponder Satelit
Sebuah satelit biasanya terdiri dari beberapa transponder.
Transponder adalah peralatan yang berfungsi untuk menerima sinyal, memperkuat
frekuensi, dan memancarkan ulang sinyal tersebut. Keunggulan utama satelit
adalah memiliki kemampuan untuk menyatukan kanal-kanal telepon dan televisi
(audio/video) secara bersama-sama. Hal ini disebabkan kemampuan bandwidth yang
lebar pada frekuensi-frekuensi yang dimilikinya.
Untuk C-band, satelit indosat 1 memiliki lebih dari 36 buah transponder yang terdiri
dari 24 transponder standar dengan banwidth 36 MHz dan 12 transponder extended.
TVONE menggunakan bandwidth transponder sebesar 9 MHz.
Untuk
transponder C-band, dibagi dalam alokasi frekuensi sebagai berikut:
Dalam satu transponder memiliki bandwidth 40 MHz dengan 4 MHz guard
band, 2 MHz dikiri dan 2 MHz dikanan. Jadi bandwidth efektif yang dapat
digunakan yaitu 36 MHz.
TVONE menyewa transponder satelit Indosat dengan sisa bandwidth
9 MHz sedangkan bandwidth transponder satelit Telkom 1 adalah 36 MHz.
F.
Sistem
Penerima SNG (DOWNLINK SNG)
Sistem downlink merupakan sistem yang berfungsi untuk menerima sinyal
audio/video dari sistem uplink SNG melalui transponder satelit ke stasiun utama
sebuah perusahaan televisi broadcast. Stasiun downlink atau stasiun utama
stasiun tv nasional pusat.
Sistem downlink stasiun tv swasta nasional ini menggunakan perangkat
downlink yang berupa sebuah perangkat TVRO (Television Receiver Only) yang
dilengkapi antena parabola, LNB, dan receiver IRD (Integrated Receiver
Decoder).
1.
Prinsip Monitoring Stasiun Downlink SNG
Untuk sinyal downlink yang diterima antena harus melewati LNB (Low
Noise Blok) dan penerima satelit (IRD) terlebih dahulu kemudian baru ke TV
monitor.
Prinsip kerja monitoring downlink SNG hampir sama dengan sistem TVRO
yang biasa digunakan masyarakat untuk menangkap siaran TV satelit. Sistem TVRO
terdiri dari :
a. Antena
parabola
b. Receiver
b. Receiver
Receiver ini mendapat input dari LNB. LNB merupakan penguat low noise
sinyal dari antena, selain itu LNB juga berfungsi untuk memperkuat dan
menurunkan frekuensi C-band yang diterima pada saat downlink.
2.
Antena
Antena TVRO yang digunakan di stasiun
tv nasional berdiameter 5,5 meter dan memiliki efisiensi sekitar 65%. Di
lapangan. Penguatan ini dapat berbeda-beda tergantung pada proses pabrikasi dan
saat instalasi. Ini gambar antenanya :


Gambar 4.19. Antena Downlink
3.
Low Noise Block (LNB)
LNB
merupakan gabungan dari LNA (Low Noise Amplifier) dan frekuensi translator yang
mempunyai keluaran L-band, dimana frekuensi input antara 3,7 – 4,2 GHz dan
frekuensi output 0,95 – 1,45 GHz untuk polarisasi horizontal dan 1,55 – 2,05
GHz untuk polarisasi vertikal.

Gambar
4.20. Komponen LNB
Konsistensi
frekuensi perlu diperhatikan dan dipilih yang terbaik mengingat bila nilai
frekuensi terlalu tinggi maka akan terjadi error rate. Namun hal ini dapat
diatasi dengan mempersempit bandwidth transmisi yang juga menurunkan kecepatan
transmisi data ke pelanggan, dengan asumsi pengaruh ketiga parameter tersebut
berkurang.
4.
Receiver
Receiver
merupakan sebuah perangkat yang digunakan dalam proses downlink yang berfungsi
untuk menerima sinyal L-band dan mendemodulasikan serta memberikan keluaran
sinyal audio/video dalam bentuk analog maupun digital. Dalam pengoperasian
receiver ini perlu dilakukan suatu penyesuaian frekuensi terlebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar frekuensi kerja dari IRD ini dapat menterjemahkan sinyal
frekuensi L-band maupun C-band. Hubugan antara L-band frekuensi dengan C-band
(untuk downlink) adalah :

Gambar
4.21. Receiver Downlink Frekuensi
L-Band
= 5150 MHz – downlink frekuensi
Dimana :
5150 MHz = LNB Local Oscillator (MHz)
Downlink frekuensi = Downlink frekuensi pada C-band
5150 MHz = LNB Local Oscillator (MHz)
Downlink frekuensi = Downlink frekuensi pada C-band
Besarnya range L-band frekuensi
adalah 950 – 1450 MHz, sedangkan C-band untuk downlink 3700 – 4200 MHz dan
untuk uplink 5925 – 6425 MHz.
Receiver
downlink di stasiun TV, sebaiknya tuning frekuensi di set pada downlink
frekuensi C-band, dimana LNB local oscillatornya bernilai 5150 MHz. Bila
receiver tersebut ingin dioperasikan pada L-band maka tuning frekuensi di
setting dengan menggunakan rumus di atas. Bila receiver (IRD) pada SNG uplink,
dioperasikan untuk memonitor sinyal yang dikirim. Tuning frekuensi di setting
pada L-band dengan LNB local oscillator bernilai 5150 MHz, hubungan antara
L-band
frekuensi
dengan uplink frekuensi adalah :
L-Band
frekuensi = Uplink frekuensi – 4900 MHz
Dimana :
4900 Mhz = Local Oscillator frekuensi Block Up Converter (BUC)
Uplink frekuensi = Uplink frekuensi C-band
Dimana :
4900 Mhz = Local Oscillator frekuensi Block Up Converter (BUC)
Uplink frekuensi = Uplink frekuensi C-band
Nah
itu tadi perkenalan dan pengertian sekaligius penjelasan tentang peralatan yang
di gunakan pada unit SNG (Satellite News Gathering), pada pembahasan
selanjutnya saya akan menjelaskan SOP
(Standar Oprasional Prosedur) yang dipakai dalam menjalankan SNG.
G. S.O.P
(Standar Oprasinal Prosedur) Installing Unit SNG
Suatu ruang peralatan tv yang dapat di pindah pindah kan (mobile)
lengkap dengan peralatan video dan audio sama seperti di studio tetapi
berukuran kecil (sederhana) atau secara garis besar sebuah mobil unit yang di
gunaan untuk melakukan kegiatan liputan siaran luar.
menurut dari pembimbing saya bahwa SNG bisa menampung 100 ltr solar dan jika di gunakan bisa di perhitungkan,
menurut dari pembimbing saya bahwa SNG bisa menampung 100 ltr solar dan jika di gunakan bisa di perhitungkan,
1 jam = 4 liter dan waktu perjalanan 5 km = 1 ltr
Unit S.N.G di lengkapi alaram pengaman , alaram pengaman akan berbunyi jika peralatan atau bagian" pada obvan tidak tersimpan dengan benar,,.. bagian" tersbut iyalah
1 stabiling jack (4 buah [2 depan 2 belakang])
2 Tutup penutup Acc yang berada di bawah pintu S.N.G (bukan kemudi)
3. tiang antena tv flyaway tidak di kembalikan lagi ke semula
4. tutup power ext board (PLN) tidak tertutup rapat atau dalam keadaan terpasang
Unit S.N.G di lengkapi alaram pengaman , alaram pengaman akan berbunyi jika peralatan atau bagian" pada obvan tidak tersimpan dengan benar,,.. bagian" tersbut iyalah
1 stabiling jack (4 buah [2 depan 2 belakang])
2 Tutup penutup Acc yang berada di bawah pintu S.N.G (bukan kemudi)
3. tiang antena tv flyaway tidak di kembalikan lagi ke semula
4. tutup power ext board (PLN) tidak tertutup rapat atau dalam keadaan terpasang
Ketika Unit S.N.G telah
sampai di lokasi tempat peliputan siaran langsung, tim segera bergerak
melakukan “Installing” peralatan yang di gunakan untuk siaran langsung seperti;
1. Parkir Mobil S.N.G pada tempat yang aman
2. Siapkan penyangga stabiling
jack (4 buah [2 depan 2 belakang])
3. Turunkan stabiling jack (4
buah [2 depan 2 belakang]) usahakan
bagian depan mobil lebih tinggi dari bagian belakang agar mobil seimbang, ukur
menggunakan Water Pass.
4. Siapkan dan pasang tuas AZ EL POL,
5. Pasangkan Antena
Flayaway.
6. Pasangkan kabel R.C.A untuk Receiver.
7. Rangkailah satu per satu Reflektor sampai
menbentuk antena parabola.
8. Nyalakan Ganset sebagai power suply listrik.
9. Naikkan P.A (Power Adaptor)
10. Naikkan saklar M.C.B.
11. Nyalakan semua layar monitor dan receiver untuk
melihat kualitas signal.
12. Lakukan Pointing untuk mencari posisi letak
satelit. Biasanya instruktur saya mencari arah barat lalu di putar 10
derajat. Menggunakan Elevasi, azimuth,
dan polarivasi.
13. Setelah mendapatkan kualitas signal yang sudah
ditentukan sekitar 60% - 80 % maka semua pointing di kunci.
14. Pasang kabel HPA/BUC SSPA.
15. Tarik kabel Power untuk Alat – alat audio dan
komunikasi.
16. Siapkan dan pasang semua komponen audio
seperti Mic wareless, kabel power, dan
kabel audio.
17. Pasang komponen kabel power ke unit Belt pack.
18. Jika tempat melaporkannya jauh, maka alat
pendukung audio dan komunikasi di taruh di atas mobil S.N.G agar gelombang
signal yang di pancarkan tidak terganggu oleh bangunan.
19. Tarik kabel penghubung R.C.A antara unit S.N.G ke lokasi kamera yang hendak di pakai, ini berguna supaya jika
tiba" terjadi hujan atau ada hal yang tidak di ingin kan kita hanya
menggulung kabel saja karena biaya perbaikan dari kamera sangatlah mahal dan
membutuhkan waktu lama.
20. Siapkan tripot, lalu kunci
agar tidak bergeser. ( pastikan water pass seimbang )
21. Pasang heandel tripot (
kanan kiri) dan sesuaikan dengan tangan si kameramen dan usahakan senyaman
mungkin.
22. Siapkan kamera , lalu
pasang maunting ke kamera , setelah itu pasang ke tripot , jgn lupa kaitkan
dengan erat ( usahakan til up down dan pan right left terkunci dengan
benar ).
23. Lalu pasang output (kabel yang kita
tarik pertama
tadi) ke kamera.
24. Lalu nyalakan CCU di S.N.G.
25. Camera siap di gunakan.
26. Jika proses siaran langsung akan di mulai, seorang
Transmitter (Tx) akan dihubungi
oleh oprator Transmisi dari Kantor pusat.
27. Maka seorang
Transmitter (Tx) akan menyalakan semua peralatan yang digunakan seperti Econder,
Modulator, dan HPA/ BUC SSPA.
28. Setelah di beri
aba-aba dari oprator transmisi pusat tentang jalur signal yang akan di gunakan,
maka seorang Transmitter siap untuk menembak signal agar studio pusat tahu
bahwa station S.N.G telah siap melaporkan.
29. Dari proses tersebut di atas dibutuhkan waktu sekitar
30 menit untuk mengeset/ installing secara keseluruhan sampai siap untuk siaran
langsung/ LIVE.
Itulah proses tata urutan sebuah unit S.N.G
(Sattelite News Gattering) dapat
melakukan siaran langsung.
Kami biasa duduk-duduk sambil mengemil jika stasiun pusat meminta untuk
“STANDBYE”, ini dilakukan untuk mengisi waktu-waktu luang yang akan banyak
terbuang Cuma-Cuma. Biasanya hal ini juga saya pergunakan untuk memperbaiki
posisi peralatan yang tidak pada tempatnya.
























